JAKARTA - Irjen Pol Panca Putra telah resmi menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara, setelah melakukan serah terima jabatan dengan pejabat lama Irjen Pol Martuani Sormin pada Jumat (12/3). Indonesia Police Watch (IPW) meminta Irjen Panca Putra Simanjuntak segera melakukan tindakan tegas, terutama di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang saat ini dinilai dikuasai mafia.
Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengharapkan, Irjen Pol Panca Putra bisa lebih serius menangani permasalahan Madailing Natal. Dia menyebut, saat ini di wilayah itu ada tiga masalah besar akibat ulah mafia berkuasa.
“Yakni kerusakan parah akibat tambang emas liar di Batang Natal, meluasnya hutan ganja di Panyabungan Timur dan ulah mafia BBM yang kerap membuat hilangnya solar dari Madina,” kata Neta dalam keterangannya, Minggu (14/3).
Neta menyatakan, Irjen Panca Putra perlu bergerak cepat mengatasi dan membasmi para mafia Madina. Selama ini, ketiga masalah itu terabaikan dan semakin membuat masyarakat resah, sementara para mafia semakin semena mena menghancurkan bumi Madina.
“Banyaknya tokoh penting Madina di ibu kota Jakarta seakan tak berdaya mengatasi masalah di tanah kelahirannya itu,” tegas Neta.
Dalam kasus mafia BBM misalnya. Ada tiga orang yang dinilai berkuasa kerap membuat solar hilang dari pasaran, akibat dijual ke tambang ilegal. Dia menyesalkan, selama ini Polres Madina maupun Polda Sumut tak berdaya menghadapi aksi mafia tersebut.
Dalam kasus hutan ganja di Penyabungan Timur, sambung Neta, memperkirakan luasnya saat ini sudah mencapai 20 hektar yang semula hanya tujuh hektar. Dia menduga, ganja tersebut tidak hanya dijual untuk merusak generasi muda Madina, tapi pasarnya sudah merambah ke Pulau Jawa dan bersaing dengan ganja Aceh.
“Pada 17 Desember 2020 misalnya, pihak kepolisian menemukan 173 kg ganja dari Madina yang diselundupkan di antara buah Kedondong di Depok. Lalu 3 Maret 2021, Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Barat menangkap 115 kg ganja yang diselundupkan di dalam drum yang juga ditemukan di Depok, Jawa Barat,” beber Neta.
Dia menyebut, aksi mafia tambang ilegal terus menerus terbiarkan. Menurutnya, setiap hari 220 beko dibiarkan menghancurkan dan mengeruk Sungai Batang Natal untuk mencari emas.
“Para penambang menggunakan mercuri dalam aksinya. Akibatnya, bermacam-macam penyakit bermunculan, mulai dari bayi dengan kondisi usus di luar (gastroschisis), bayi bermata satu atau cyclopia, hingga anencephaly atau kelainan pada tengkorak kepala. Selain menimbulkan penyakit bagi warga, kegiatan penambangan liar ini juga membuat lingkungan rusak parah. Penambangan emas ilegal di Sungai Batang Natal ini baru menjamur sejak dua tahun terakhir,” ungkap Neta.
Oleh karena itu, Neta meminta Irjen Panca Putra segera membuat tim khusus untuk menyatakan perang terhadap mafia Madina yang dinilai berbisnis hutan ganja, bisnis menghilangkan solar, dan bisnis tambang emas ilegal.
“Jika tidak mampu mengatasinya, sebaiknya Kapolda Sumut meminta bantuan Kapolri Sigit agar ikut menurunkan Tim Mabes Polri untuk membabat habis ulah para mafia ini. Yang penting hutan ganja, mafia BBM, dan tambang emas ilegal di Madina tidak dibiarkan seperti selama ini,” pungkas Neta.